Aku ingin berbicara sebagai kaumku di pergantian malam ini untukmu. Bersama bulan yang memudar, kuukirkan sajak hatiku untukmu wahai wanitaku. Sebelum malam menghapus cerita indahku yang telah kau rangkai...

Biarkan aku memujimu lebih, wahai wanitaku.
Biarkan aku terjaga, memelukmu lebih erat.
Biarkan aku terbuai dengan pesonamu .
Biarkan aku menghirup harum aroma rambutmu yang tergerai.
Biarkan jiwaku tercandu lebih dalam.
Agar bila saatnya tiba, tubuhku rela menangis bersimbah darah untukmu, meratapi kekalahan yang digoreskan takdir untukku.
Sejenak, dengarlah angin membisikkan namaku wahai wanita. Terimalah itu. Karena kau takkan tau kemana cinta kan membawamu. Ikutilah bisikan cinta yang aku kirimkan, agar kau tak terjebak kaku dalam labirin cinta usang yang hanya membuatmu terjatuh di dalamnya.
Sekali lagi, dengarkan kata hatimu. Jangan pedulikan aku yang melempar diriku begitu jauh kedalam 1001 romansa indah yang kau tawarkan. Kuingin sentuhan suci hatimu. Menempati hatiku yang begitu gersang dan hina akan kebusukan. Inilah cintaku wahai perempuan. Tak peduli seberapa banyak benih yang telah aku tabur di ladang hatimu. Ku tahu itu belum cukup mengalihkan pandanganmu walau hanya satu detik kepadaku.
Terimalah cintaku dengan lapang. Rawatlah hatiku sehingga ia merasa bersyukur diciptakan oleh-Nya wahai perempuanku. Hanya dengan sentuhanmu, Sang Cinta akan merasa terpenuhi. Hanya dengan satu senyumanmu, Sang Cinta akan bereuforia bak mentari bertemu dengan buminya. Hanya dengan setitik harapan yang kau beri, Sang Cinta akan menjerat hatiku menuju hatimu seakan tak akan pernah mau melepaskan selamanya.
Wahai perempuan! Kaummu diciptakan untuk menaklukkan kami, kaum adam. Aku pikir, kau lebih dari seorang Cleopatra sayang. Tatapanmu menggiringku untuk ikhlas menghempaskan tubuhku dalam sandiwara cinta yang nyata. Kau pasti paham itu wanitaku. Karena itulah aku mengerti seberapa dalam cinta Julius Cesar, ketika aku merasakan aura cintamu. Karena itulah aku mengerti, keikhlasan Augusto Conte dalam mencintai wanita yang tak berkasta, ketika mengenalmu.
Jagalah hatiku. Agar kita bisa merajut mimpi yang seakan mengibas-ngibaskan sayapnya tak bersabar. Bersama-sama. Tatap cahaya cinta itu. Percayalah, bahwa tak ada yang bisa menghentikan obsesiku di dunia untuk memilikimu wahai wanitaku.
Fady,
Depok, 23.07
21-02-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar