Gue yang Salah(y)

PPKB UI 2010, Program Pemerataan Kesempatan Belajar. Melalui program itu Gue meraih salah satu kebahagiaan dunia. Masuk UI tanpa melalui tes tulis bersama tiga orang teman gue. Benar-benar suatu kebanggan, dulunya. Namun setelah semuanya 'terbuang' begitu saja di FISIP, Antropologi Sosial, bermunculan masalah-masalah yang menerpa gue. Khususnya masalah di program yang sama, tapi tak serupa di tahun berikutnya. Program ini berubah

menjadi SNMPTN Undangan. Pemerintah menyeragamkan program tersebut di setiap universitas. Perbedaannya, sekolah dapat mengajukan siswa-siswanya ke universitas yang diinginkan. Tidak di'kuota' seperti tahun-tahun sebelumnya.

Apa masalahnya? Di tahun berikutnya, 2011, sekolah gue mengajukan beberapa siswa. Berita yang gue dengar, enam orang lulus, dan tujuh lainnya gagal. Bahkan yang membanggakan ada yang masuk ke FK UI. Awalnya mendengar berita ini, gue benar-benar seneng, bangga atas keberhasilan adik-adik kelas gue. Tapi, beberapa hari setelahnya, semuanya menguap gitu aja. Gue denger kabar dari kakak kelas gue yang main ke sekolah, ketidaklulusan mereka ada sangkut pautnya dengan 'berantakannya' kuliah gue di UI. DAMN! Tujuh yang nggak lulus semuanya memilih jurusan di FISIP UI, mantan fakultas gue. Bahkan adik-adik kelas gue marah dan kesel dengan mengambinghitamkan gue(?) Bahkan ada yang bilang mau ngebacok gue dan temen gue yang sama 'berantakannya', kalau gak ada hukum di Indonesia dan agama, gue tau ini via sms temen gue yang sempat smsan dengan salah satu adik kelas gue yang nggak lulus.

Gue tau, jatah PPKB atau PMDK terdahulu selalu berkaitan dengan kiprah alumninya di Univ. Yang dituju. Namun patutkah gue disalahkan sepenuhnya? Gue bisa terima ini kalau memang terbukti sangat berpengaruh dengan kiprah gue di FISIP UI. Tapi, gue nggak habis pikir. Kenapa SMA gue gak mengambil langkah antisipasi? Jika sudah bisa memprediksi seperti ini, kenapa adik-adik kelas gue gak dialihkan mengambil FE? Atau FIB? FH kalau perlu...shit!

Situasi ni secara perlahan menyergap kebencian di hati gue. Entah kebencian yang ditujukan untuk siapa. Tapi dalam hati gue berikrar, Gue gak akan menginjakkan kaki lagi di sekolah itu hingga semua urusan gue bener-bener clear. Gue nggak akan mudah jatuh dengan gangguan seperti ini. Lihat saja, gue akan berusaha keras, untuk kuliah dengan bener. Bukan untuk membersihkan nama gue di depan guru-guru atau adik kelas gue, tapi untuk keluarga, orang-orang yang gue sayang, dan untuk cita-cita gue. Just wait it!